
TANAMLAH KEBAIKAN-KEBAIKAN AGAR HIDUP INI BERUNTUNG
Oleh : Ahmad Tri Sofyan
مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ
“Siapa Menanam Dia Akan Memetik”
Kalimat bijak di atas sungguh memberi pelajaran yang sangat berarti
dalam kehidupan ini. Kalimat itu bisa memberi penyemangat ketika tiba-tiba
muncul rasa malas dalam diri untuk berbuat kebaikan atau mengajak orang lain
untuk berbuat kebaikan. Saya belum tahu darimana kalimat bijak itu berasal,
akan tetapi kalimat itu cukup populer lebih-lebih kalimat itu sejalan dengan Firman
Allah dalam Al Qur’an Surat Az Zalzalah ayat 7-8.
فَمَن
يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧
وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨
“Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula”. (Q.S Az Zalzalah : 7-8)
Orang-orang yang berjalan di jalan dakwah untuk menyebarkan
“virus-virus” kebaikan tidak selamanya mulus. Justru di situ seringkali
terdapat banyak aral dan rintangan sebagaimana dialami oleh para Nabi ketika
mendakwahkan agama yang diridhai Allah.
Di saat seperti inilah, kadangkala
keimanan kita diuji dan semangat melemah sehingga butuh “suplemen” untuk
menyegarkan kembali semangat kita. Kata bijak ini merupakan salah satu
“suplemen” yang sangat berguna untuk mengembalikan semangat dalam kehidupan
ini.
Teringat saat dulu di pesantren dimana karakter yang dimiliki
teman-teman santri juga berbeda-beda. Ada yang semangat dan segera berwudhu
untuk menuju masjid ketika waktu sholat telah tiba, tapi ada juga yang
bermalas-malasan dan asyik ngobrol atau tidur. Saat pelajaran di kelas dimulai,
ada yang bergegas menuju ke kelas untuk mendekati sumber ilmu dan mengambil
manfaatnya, tapi ada juga enggan seolah-olah tidak butuh ilmu.
Melihat kondisi yang seperti ini menjadikan diri saya tergerak
untuk memperbaikii. Mulai dari langkah-langkah kecil dan dilakukan terus
menerus ternyata membuahkan hasil. Meskipun tidak semuanya, tapi minimal sudah
ada yang mengikuti dan meneladani. Dari sinilah saya semakin mempercayai bahwa apa
yang kita lakukan tidak ada ada yang sia-sia. Adapun orang yang kita ajak
kepada kebaikan tapi belum mau mengikuti itu bagiamana? Saya anggap sebagai
ujian agar kita bersabar dan terus berusaha atau belajar untuk mencari strategi
yang tepat dalam berdakwah.
Allah itu Maha Adil, sehingga apa yang dilakukan oleh hamba-Nya
pasti akan mendapat balasan. Balasan itu bisa langsung, bisa juga di waktu yang
akan datang dalam waktu yang lama. Saat orang berbuat kebaikan, maka ia akan
mendapat balasan kebaikan-kebaikan. Sebaliknya, saat orang tersebut sering
berbuat kurang baik maka balasan keburukan atau kerugian yang akan ia dapati.
Sebagai contoh nyata lainnya, di sebuah lembaga tempat saya bekerja
ada seorang yang sudah dicap buruk oleh rekan-rekan kerjanya. Bermula saat
orang tersebut meminjam uang dan ternyata tidak dikembalikan kecuali setelah
ditagih-tagih. Bahkan parahnya, meskipun sudah ditagih-tagih dan disindir
seakan-akan sudah kebal sehingga apa yang ia pinjam tidak dikembalikan.
Jumlah orang yang menjadi “korban” ternyata cukup banyak sehingga
membuat orang itu kurang dipedulikan dan apa-apa yang diomongkan kurang
dipercayai. Melihat kondisi ini tentu saja sangat merugikan dirinya. Untuk
mengembalikan kepercayaan orang lain terhadap dirinya tentu butuh waktu yang
cukup lama dan perlu ada bukti-bukti kebaikan yang menunjukkan bahwa ia sudah
berubah. Melihat peristiwa ini, saya juga menjadi teringat dengan kata mutiara
“Siapa menanam dia akan memetik”.
Semoga kita selalu dibimbing oleh Allah untuk selalu menanam
kebaikan-kebaikan melalui potensi dan kelebihan yang kita miliki. Hidup ini
pilihan. Menanam kebaikan maka akan memanen keberuntungan-keberuntungan.
Sebaliknya, menanam keburukan, maka siap-siap memanen kerugian-kerugian di masa
yang akan datang.
sumber gambar :kebajikandalamkehidupan.blogspot.com
.